Internet menjadi media yang paling banyak diakses oleh masyarakat, sebagai salah satu sumber informasi dan pengetahuan yang paling banyak dibutuhkan. Namun, melalui internet pula, informasi negatif dan yang mengarah ke pornografi banyak beredar di internet.
Pemerintah melalui Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) telah berupaya menekan laju masuknya informasi negatif melalui situs porno, dengan cara memblokir situs yang dinilai dapat menyebabkan orang lain melakukan penyimpangan dan kejahatan seksual.
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengatakan meski belum mampu menutup seluruh situs porno, pemerintah terus berupaya membendung masuknya situs porno di Indonesia dengan meluncurkan situs positif dan mendidik sebagai pilihan masyarakat pengguna internet.
"Belum, belum kenapa, karena yang namanya, mohon maaf ini, pornografi itu di negara sana itu industri tersendiri, memang mereka itu legal, sedangkan di kita kan tidak. Jadi kita block 50 muncul 100, kita block 100 muncul 200, selalu begitu. Tapi kalau itu yang kita lakukan selalu itu kita capek istilah saya. Istilahnya kita itu di hilir, istilahnya kita menyembuhkan orang sakit, sekarang kita berpikir bagaimana membuat orang sehat, yaitu apa, dengan menyediakan white list, walaupun kalau tadi 800.000 lawannya white list-nya baru 153.000, karena baru diluncurkan tahun lalu oleh Presiden." ujar Rudiantara.
Your browser doesn’t support HTML5
Besarnya peran media informasi dalam mempengaruhi perilaku seksual anak dan remaja dibenarkan oleh Isa Anshori, Ketua Hotline Pendidikan Surabaya. Media televisi, internet dan pengaruh teman, menjadi faktor utama pemicu terjadinya penyimpangan seksual di masyarakat.
Isa Anshori mengatakan, "Kalau pemicunya anak-anak melakukan itu, data kita itu juga menyebutkan pengaruh informasi yang bersumber dari media terutama media televisi, maupun internet, dan yang satunya adalah teman. Jadi di tiga ini kan sebuah keniscayaan, anak-anak kan gak bisa pisah kan dari dunia informasi, melihat media, kemudian dari teman. Ya anak-anak tidak bisa lepas dari itu.”
Salah seorang warga Surabaya, Suratriono, mengatakan pendampingan orang tua sangat dibutuhkan untuk memberikan pemahaman kepada anak-anak mengenai internet sehat. Surat mengatakan, situasi dan kondisi keluarga yang kurang mendukung tumbuh kembang anak, dapat semakin memudahkan anak-anak jatuh pada dampak buruk internet.
"Sekarang kan banyak sekali keluarga yang tidak harmonis, bapak ibu sibuk, mereka keluar rumah semua. Anak-anak mudah sekali mengakses internet, situs-situs yang tidak bagus. Nah, itulah yang mereka lihat, kemudian ditiru, ditiru di lingkungannya masing-masing, memang tidak terawasi," tutur Suratriono.
Menurut Ketua Hotline Pendidikan Surabaya, Isa Anshori, kasus seksual yang melibatkan anak usia sekolah terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Jumlah kasus meningkat 50 persen, dari tahun 2014 ke 2015. Dari jumlah itu, 10 persen kasus terjadi di lingkungan sekolah.
Upaya pemerintah menutup situs porno, menurut Isa Anshori, bukan merupakan satu-satunya solusi yang tepat. Penutupan situs porno yang dilakukan selama ini, tidak sebanding dengan cepatnya pertumbuhan situs porno yang beredar di dunia maya. Pembekalan dan penguatan pada anak untuk mampu memilih informasi yang sesuai, merupakan cara paling efektif untuk membentengi generasi muda dari informasi negatif yang didapatkan dari internet.
"Ketika menyadari ketidakmampuan, menurut saya yang harus diperkuat adalah anak-anak. Bagaimana anak-anak mempunyai kesadaran sebuah informasi itu baik atau tidak menurut dia. Menurut saya itu penting anak-anak itu dibekali, bagaimana memilih informasi yang baik atau tidak, sehingga dengan kesadaran dan tanggungjawabnya, anak-anak bisa membedakan mana itu yang baik untuk dia dan mana itu yang tidak untuk dia," demikian papar Isa Anshori. [pr/em]