Hal itu ditegaskan Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri atau Kadin Indonesia bidang Kebijakan Publik, Fiskal dan Moneter, Haryadi Sukamdani.
Kepada pers di Jakarta, Jumat, Haryadi Sukamdani berpendapat aksi unjuk rasa besar-besaran yang akhir-akhir ini dilakukan buruh, rencana kenaikan harga bahan bakar minyak atau BBM serta rencana kenaikan tarif dasar listrik atau TDL merupakan kendala bagi para investor untuk menggerakkan usahanya. Ia pesimistis target ekspor tahun ini sebesar 220 milyar dolar Amerika akan tercapai.
“Ini memang sangat berat, jadi terus terang nggak semudah apa yang dibayangkan tapi salah satunya kalau yang untuk domestik mungkin masih bisa menaikkan harga tapi kalau yang ekspor mungkin berat karena harganya kan kompetitif sekali, nah yang di dalam negeri kemungkinan akan menaikkan harga, nah tapi seberapa besar naiknya itu kita belum tahu,” ujar Haryadi.
Dalam APBN 2012 pemerintah menargetkan ekspor mampu mencapai 220 milyar dolar Amerika. Angka tersebut ditetapkan setelah ekspor 2011 mampu melampaui target awal yang ditetapkan pemerintah sebesar 200 milyar dolar Amerika.
Sebelumnya pelaksana tugas Kepala Badan Pusat Statistik atau BPS, Doktor Suryamin menjelaskan ekspor Indonesia 2011 ke berbagai negara mampu melampaui target yang ditetapkan. BPS juga mencatat tiga negara tujuan eskpor terbesar bagi Indonesia sepanjang tahun lalu masih sama dengan dua tahun terakhir yaitu Tiongkok, Jepang dan Amerika.
“Dari Januari sampai Desember 2011, 203,62 milyar US dollar, nah ini melampaui 200, Cina masih tertinggi, diikuti oleh Jepang kemudian yang ketiga Amerika dan tiga negara terbesar ini mempunyai pangsa pasar 34,32 persen, sementara ke negara-negara Asean tercatat 19,89 persen, untuk ekspor ke Uni Eropa terdiri dari 27 negara 12,62 persen,” papar Suryamin.
Untuk tahun ini berbagai kalangan memprediksi selain ekspor akan sulit mencapai target, negara-negara tujuan ekspor terbesar bagi Indonesia juga akan mengalami perubahan.
Jepang misalnya, akibat dampak nagatif dari bencana tsunami maka akan mengurangi pesanan berbagai komoditas dari negara-negara lain termasuk dari Indonesia, demikian halnya juga bagi Amerika Serikat akibat dampak negatif dari perekonomiannya yang sedang melemah.
Kedua negara tersebut akan lebih memilih menggunakan produk dalam negeri sebagai upaya menekan pengeluaran anggaran negara melalui kegiatan impor mereka.