PM Malaysia Desak Indonesia Atasi Kebakaran Hutan

Kabut asap menyelimuti daerah Putrajaya, Malaysia (11/9). (AP/Joshua Paul)

Para pejabat lingkungan hidup Thailand mengatakan tingkat polusi dari Indonesia telah meningkat secara tajam di bagian selatan negara itu, dekat perbatasan dengan Malaysia.

Perdana Menteri Malaysia Najib Razak telah mendesak Indonesia untuk mengambil tindakan terhadap pihak-pihak yang menyebabkan kebakaran hutan yang mengakibatkan asap menyelimuti wilayah bahkan sampai ke Thailand bagian selatan.

Indonesia telah mendapat tekanan dalam beberapa minggu terakhir untuk menanggulangi krisis kabut asap tahunan, yang disebabkan oleh pembukaan lahan di Sumatra dan Kalimantan.

Perusahaan-perusahaan yang membuka lahan untuk perkebunan kelapa sawit dan pulp telah dituduh memicu kebakaran yang seringkali berkobar selama berminggu-minggu di lahan gambut.

Masalah itu diperburuk oleh fenomena cuaca El Nino yang telah menyebabkan kondisi kering.

"Jika ini dilakukan oleh orang atau perusahaan perkebunan, Indonesia perlu mengambil tindakan tegas melawan pelakunya," tulis Najib dalam Twitter, Minggu (4/10) malam.

Sekolah-sekolah di Malaysia dan Singapura telah ditutup ketika asap semakin tebal, acara olahraga dibatalkan dan operator pariwisata mengeluh. Otoritas kesehatan di seluruh wilayah memperingatkan warga agar tidak berolahraga saat asap memburuk.

Hari Senin, para pejabat lingkungan hidup Thailand mengatakan tingkat polusi dari Indonesia telah meningkat secara tajam di bagian selatan negara itu, dekat perbatasan dengan Malaysia, dan otoritas-otoritas kesehatan telah membuka saluran telepon untuk memberikan nasihat dan membagikan masker.

Pemerintah Indonesia mengatakan lebih dari 200 perusahaan, sebagian besar dari Asia Tenggara, sedang diselidiki atas dugaan memicu kebakaran.

Polisi mengatakan hari Senin bahwa sebuah perusahaan dari Australia, operator perkebunan kelapa sawit PT Kayung Agro Lestari (KAL), dan sebuah perusahaan dari China adalah dua di antaranya.

Seorang perwakilan KAL, anak perusahaan PT Austindo Nusantara Jaya Agri, mengatakan "tidak akurat menyebut KAL perusahaan Australia" dan bahwa hanya 0,01 persen saham dimiliki seorang warga Australia. Ia mengatakan perusahaan itu bekerja sama dengan para penyelidik.

Polisi tidak mengidentifikasi perusahaan China tersebut. [hd/eis]