Turki mungkin meluncurkan operasi militer di provinsi Idlib di bagian barat laut Suriah jika situasi di sana tidak diatasi dengan segera, kata Presiden Recep Tayyip Erdogan, Jumat (31/1), sementara serangan yang dilakukan pasukan pemerintah Suriah dukungan Rusia berisiko menimbulkan gelombang baru pengungsi.
Pasukan Presiden Suriah Bashar al-Assad dengan dukungan kekuatan udara Rusia, sejak pekan lalu bergerak maju dengan pesat di Idlib. Mereka telah merebut puluhan kota, termasuk kota penting Maarat al-Numan, membobol pertahanan penting terakhir pemberontak dalam perang selama hampir sembilan tahun di Suriah.
BACA JUGA: Pasukan Suriah Rebut Kota Utama di Provinsi Idlib dari PemberontakOperasi terbaru ini juga menimbulkan ketegangan antara Ankara dan Moskow, yang mendukung pihak-pihak yang berlawanan dalam konflik itu. Turki khawatir akan muncul gelombang migran baru dari Idlib. Turki memiliki 12 pos observasi di kawasan, bagian dari kesepakatan tahun 2018 untuk meredakan ketegangan yang menurut Erdogan dilanggar oleh Rusia.
Berbicara di Ankara, Erdogan mengulangi bahwa Turki tidak dapat menangani gelombang migran baru. Ia mengatakan Ankara tidak akan membiarkan ancaman baru muncul ke dekat perbatasannya, meskipun ini berarti perlu menggunakan kekuatan militer, seperti yang dilakukannya pada tiga operasi lintas perbatasan sebelumnya di Suriah Utara.
"Kami akan melakukan apapun yang diperlukan apabila ada yang mengancam wilayah kami. Kami tidak akan punya pilihan selain melakukan hal yang sama jika situasi di Idlib tidak segera kembali normal,” tegas Erdogan.
Ia tampaknya mempertahankan opsi operasi lainnya di Suriah Timur laut, di mana Ankara pada Oktober lalu menarget milisi YPG Kurdi Suriah yang disebutnya sebagai kelompok teroris.
"Kami tidak akan mundur dari apa yang perlu dilakukan, termasuk menggunakan kekuatan militer,” ujarnya seraya menambahkan bahwa Turki menginginkan stabilitas dan keamanan di Suriah. [uh/lt]