Royal Dutch Shell mengatakan hari Senin (28/9), pihaknya akan menghentikan operasi pengeboran minyak di perairan Kutub Utara di lepas pantai negara bagian Alaska dalam waktu dekat.
Sebuah pernyataan perusahaan itu mengatakan, penjelajahan sumber minyak menemukan indikasi adanya minyak dan gas di laut Chukchi sekitar 240 kilometer dari kota Barrow, namun tidak cukup memadai untuk bisa melakukan operasi pengeboran yang menguntungkan.
Shell menyebut tingginya biaya dan peraturan federal yang tidak jelas sebagai dua di antara beberapa alasan untuk menutup sumur sedalam 2.000 meter itu.
Direktur Shell Upstream Americas Marvin Odum mengatakan, Shell terus menganggap eksplorasi di perairan Kutub Utara penting, dan kawasan itu memiliki kepentingan strategis bagi Alaska dan Amerika Serikat pada umumnya. Namun, katanya, eksplorasi di kawasan itu menunjukkan hasil mengecewakan.
Kawasan Kutub Utara diperkirakan menyimpan 20 persen minyak dan gas dunia yang selama ini belum digunakan.
Pemerintah Amerika memberi Shell izin untuk mengebor pada bulan Agustus, sebuah langkah yang mengundang kecaman tajam kelompok-kelompok lingkungan.
Greenpeace menyebut pengumuman Shell itu sangat penting bagi Kutub Utara dan kemenangan bagi mereka yang menentang pengeboran minyak di sana. “Ini saatnya menjadikan Kutub Utara terlarang bagi perusahaan-perusahaan minyak,” Direktur Eksekutif Greenpeace International Kumi Naidoo. [ab]