Suzanne Taylor, warga Kota Buffalo, New York, mengaku tidak terampil. “Saya tidak punya keterampilan dalam bidang konstruksi bangunan. Saya (juga) takut terbang.”
Tetapi ketika ia mengakses internet untuk memberi sumbangan kepada LSM Habitat for Humanity, untuk membantu upaya pembangunan kembali wilayah yang terdampak gempa bumi Kashmir tahun 2005 di Pakistan, ada sesuatu yang menarik perhatiannya.
“…spanduk iklan (di situs itu) mengatakan bahwa mereka sedang membuka pendaftaran (sukarelawan) untuk sebuah proyek Jimmy Carter di India saat itu, dan tiba-tiba saya tersadar bahwa itulah yang harus saya lakukan selanjutnya,” kata Suzanne Taylor, Habitat for Humanity Volunteer melalui Skype.
Taylor kemudian menjadi sukarelawan bersama Habitat for Humanity untuk membangun sejumlah rumah di India bersama Jimmy Carter pada tahun 2006. Setelah itu, ia ikut serta dalam belasan proyek pembangunan lain yang diorganisasikan oleh sang mantan presiden tersebut dan istrinya, Rosalynn, di berbagai penjuru dunia.
“Jadi, jika Anda bertanya kepada saya apakah alasannya karena keluarga Carter, ya, memang itulah SATU-SATUNYA alasan saya terlibat,” imbuhnya.
Selama seminggu setiap tahun, Jimmy dan Rosalynn Carter membangun rumah-rumah untuk Habitat for Humanity. Lima puluh satu minggu sisanya mereka habiskan untuk mengabdikan diri kepada lembaga nirlaba mereka, Carter Center, yang berupaya “melawan penyakit, membangun harapan, dan mengupayakan perdamaian” di seluruh dunia, sesuatu yang tidak diketahui Chris Jones, penduduk Portland, Oregon, ketika ia mencari organisasi untuk beramal. Jones dan istrinya, Barb, terkesan pada manajemen keuangan Carter Center.
Chris Jones mengatakan, “Saya tidak tahu saat itu, tapi ternyata Jimmy Carter adalah seseorang yang sangat berhati-hati dengan uang, dan ia mengawasi dengan ketat pengeluaran (lembaganya).”
Selama bertahun-tahun, Jones tidak hanya memberi sumbangan pada Carter Center, tetapi juga ikut serta dalam salah satu program utama bidang demokrasi lembaga itu, yaitu pemantauan pemilu.
Your browser doesn’t support HTML5
“Saat itu sedang berlangsung pemilu Tunisia di tengah gelombang revolusi Timur Tengah pada tahun 2014. Saya mendapat panggilan telepon, ‘Apakah Anda bisa ke Tunisia selama beberapa minggu ke depan untuk misi ini?’ dan saya pun langsung menyanggupinya,” sebutnya.
Setelah itu, Jones juga ikut serta dalam misi pemantauan pemilu Carter Center di Liberia pada tahun 2017. Ia bersyukur misi-misi kemanusiaan global lembaga tersebut memberinya kesempatan untuk berkontribusi lebih dari sekadar memberikan sumbangan. “Memantau tempat-tempat pemungutan suara, mengawasi penghitungan suara benar-benar membuat saya menghargai proses demokrasi di negara-negara ini,” imbuhnya.
Jones mengatakan, Jimmy Carter akan sangat senang untuk lebih dikenang atas apa yang dilakukannya di luar masa kepresidenannya. “Saya rasa pencapaian yang paling ia banggakan adalah Carter Center, dan saya sangat ingin seluruh dunia mengingat betapa transformatifnya dia dan betapa banyaknya kebaikan yang telah ia perbuat.”
Suzanne Taylor berencana untuk terus menjadi sukarelawan untuk Habitat for Humanity dan Carter Center. Menurutnya, salah satu bentuk penghormatan terbesar terhadap keluarga Carter adalah betapa banyaknya pendukung lembaga tersebut saat ini, dan di masa depan, yang belum pernah bertemu Jimmy maupun Rosalynn secara langsung.
“Ada orang-orang yang baru bergabung sebagai pendonor, pengikut, maupun tenaga konstruksi,” sebut Suzanne Taylor melalui Skype.
Carter Center telah ikut memantau lebih dari 100 pemilu dan terus berupaya memerangi penyakit-penyakit tropis yang terabaikan di seluruh dunia. Penyakit cacing Guinea parasit, yang pernah menginfeksi lebih dari 3,5 juta orang, kini hanya tersisa kurang dari 20 kasus. Pemberantasan penyakit itu secara menyeluruh merupakan salah satu upaya utama Jimmy Carter bersama Carter Center. [rd/ab]