Menlu Tillerson akan Bahas Krisis Rohingya dalam Kunjungan ke Myanmar

Menlu Amerika Rex Tillerson akan melakukan kunjungan ke Myanmar hari Rabu (15/11).

Nasib ratusan ribu Muslim Rohingya yang melarikan diri dari kekerasan di Myanmar hanya isu tambahan ketika Presiden Amerika Donald Trump bertemu dengan para pemimpin Asia Tenggara di Filipina.

Namun, Menlu Amerika Rex Tillerson diperkirakan akan membahas masalah ini dalam kunjungan ke Myanmar hari Rabu (15/11) selagi seruan meningkat terhadap pemerintahan Trump untuk bersikap lebih tegas mengenai krisis tersebut.

Moe Thuzar, seorang cendikiawan lembaga ISEAS Yusof Ishak Institute yang berkantor pusat di Singapura, mengatakan kepada VOA, kunjungan tersebut akan mengisyaratkan kelanjutan dari kebijakan Amerika terhadap Myanmar dan sebuah indikasi bahwa pemerintahan Trump tertarik pada negara ini sebagai bagian dari keseluruhan kebijakannya terhadap Asia.

Meskipun ini adalah kunjungan pertama Tillerson ke negara tersebut dan mencerminkan sejauh ini pertemuan tingkat paling tinggi dari pemerintah, ia sudah berbicara dengan Aung San Suu Kyi, yang menjabat sebagai Penasihat Negara dan Menteri Luar Negeri lewat telepon pada bulan September.

Tillerson, yang juga bertemu dengan Aung San Suu Kyi di KTT yang sibuk hari Selasa di Manila akan mengadakan pembicaraan kembali dengan Suu Kyi dan pimpinan militer Min Aung Hlaing di Naypyitaw.

Lebih dari 600.000 Muslim Rohingya telah meninggalkan negara bagian Rakhine, Myanmar sejak 25 Agustus, setelah pemberontak menyerang pasukan keamanan dan memicu tindakan brutal militer yang digambarkan sebagai pembersihan etnis.

Dengan pernyataannya bulan lalu bahwa "dunia tidak bisa hanya diam saja" atas tuduhan kekejaman terhadap orang Rohingya, Tillerson menunjukkan tanggung jawab terletak pada militer Myanmar dan bukan Penasihat Negara, yang harus berbagi kekuasaan dengan institusi tersebut setelah partai Aung San Suu Kyi menang tahun 2015.

Meskipun Aung San Suu Kyi dikecam karena mengesampingkan tuduhan pelanggaran, banyak pemerintah Barat yang enggan mengucilkannya selama transisi demokrasi yang rapuh. Menurut seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri, Aung San Suu Kyi sangat ingin mendapat solusi dalam pertemuan dengan Tillerson, yang berencana mengungkapkan keprihatinan atas pengungsian dan kekerasan terhadap penduduk Rohingya.

Tillerson juga akan menegaskan kembali dukungan bagi Myanmar, mendesak pemerintah untuk melindungi penduduk lokal, mendorong akses yang tidak terbatas ke negara bagian Rakhine bagi penyelidikan pelanggaran yang kredibel, dan mendorong pemerintah untuk menciptakan kondisi yang aman guna memungkinkan pengungsi kembali ke rumah mereka. [my/al]