Para pegiat Tibet telah lama menuduh Tiongkok mempromosikan kebijakan pembangunan ekonomi yang terutama hanya menguntungkan para migran etnis Han yang mayoritas.
Padma Choling, ketua Kawasan Otonomi Tibet, menyangkal pernyataan itu dan mengatakan tujuan utama lembaganya adalah mengawasi pembangunan ekonomi dan stabilitas sosial bagi semua orang di Tibet.
Ia mengatakan pemerintah Tiongkok ingin memastikan warga di Tibet menikmati kemakmuran dan apa yang disebutnya kehidupan “mapan”. Ia mengatakan pemerintahnya akan memastikan keselamatan kehidupan dan kemakmuran mereka.
Komentar Padma Choling itu nampaknya merujuk kepada tindakan pemerintah Tiongkok untuk meredam kerusuhan etnis bulan Maret 2008, ketika warga Tibet yang berdemonstrasi melakukan kekerasan dan menyerang toko-toko milik etnis Han. Sekitar 21 orang tewas dalam demonstrasi itu.
Mary Beth Markey, ketua kelompok advokasi, Kampanye Internasional untuk Tibet, mengatakan meningkatkan standar hidup bisa menjadi perkembangan positif untuk kawasan itu. Tetapi, ia tidak setuju bahwa pembangunan itu menguntungkan baik warga Tibet maupun para pendatang Tiongkok.
Ia mengatakan kerusuhan baru-baru ini di Tibet dan di wilayah-wilayah etnis Tibet lainnya di Tiongkok menunjukkan adanya masalah terpendam, meskipun ada kemajuan ekonomi.
Tokoh spiritual utama Tibet, Dalai Lama, mengasingkan diri ke India tahun 1959 dan sejak itu tinggal di sana. Awal tahun ini, ia mundur sebagai pemimin politik gerakan Tibet di pengasingan. Dalam bulan April, warga Tibet di pengasingan memilih Lobsang Sangay, 42 tahun, untuk menggantikan Dalai Lama yang telah berusia 75 tahun.
Namun, mundurnya Dalai Lama dari kehidupan politik nampaknya tidak mengubah sikap Tiongkok terhadapnya.
Padma Choling mengatakan kepada wartawan di Beijing bahwa pria yang disebutnya sebagai “Dalai” tidak pernah melakukan hal yang baik bagi warga Tibet. Pada saat bersamaan, Choling mengatakan pemerintah Tiongkok hanya akan berbicara dengannya dan wakil-wakilnya.
Ia mengatakan tidak ada alasan melakukan hubungan antara pemerintah Tiongkok dengan pemerintahan Tibet di pengasingan, yang katanya adalah organisasi gelap.
Mary Beth Markey menyebut sikap Tiongkok keliru, karena tidak memperhitungkan kenyataan bahwa warga Tibet memperoleh identitas mereka dari budayanya, bukan dari Dalai Lama.
Walaupun pemerintah Tiongkok terus menerus menjelek-jelekkan Dalai Lama dan melarang pemajangan fotonya, banyak warga Tibet di Tiongkok masih memujanya.