Tiongkok Serukan Transisi Inklusif di Libya

Warga Libya merayakan tewasnya Gaddafi di Lapangan Martir di Tripoli (20/10).

Beijing mengatakan Libya telah membuka lembaran sejarah baru, dan menyerukan agar NTC Libya memulai proses transisi politik inklusif.

Negara-negara di dunia memberikan reaksi atas tewasnya bekas pemimpin Libya Moammar Gaddafi. Pemerintah Tiongkok mengatakan hari Jumat Libya telah membuka lembaran sejarah baru, dan menyerukan agar Dewan Transisi Nasional segera memulai proses transisi politik inklusif.

Tiongkok adalah anggota tetap yang memiliki hak veto dalam Dewan Keamanan PBB. Tiongkok memberikan suara abstain dalam pemungutan suara bulan Maret mengenai mandat penggunaan kekuatan untuk melindungi warga sipil Libya dari pasukan Gaddafi. Tiongkok juga mengecam serangan udara NATO di Libya.

Hari Kamis, presiden Barack Obama menyebut kematian Gaddafi sebagai peringatan untuk para penguasa otoriter di Timur Tengah dengan mengatakan, tidak dapat dielakkan bahwa kekuasaan tangan besi akan berakhir.

Di Kairo, Ketua Liga Arab Nabil al-Arabi menyatakan harapan bahwa kematian Gaddafi akan mengakhiri masa tirani. Ia mendesak seluruh rakyat Libya agar melupakan luka-luka masa lalu dan tidak terbakar rasa dendam.

Sementara itu, para diplomat negara-negara anggota NATO akan bertemu hari Jumat (21/10) di Brussels untuk membahas langkah mengakhiri operasi serangan udara enam bulan di Libya, yang dimulai sebagai langkah untuk melindungi warga sipil Libya dari serangan para loyalis Gaddafi.

Di ibukota Tripoli, masa bersorak-sorai memenuhi jalan-jalan untuk merayakan tewasnya Gaddafi dan jatuhnya Sirte. Para pejuang NTC juga merayakannya dengan menembakkan senjata ke udara dan mengibarkan bendera nasional yang baru di kubu terakhir loyalis Gaddafi itu.

Menteri penerangan Libya mengatakan salah seorang putra Gaddafi, Mutassim, juga tewas di Sirte hari Kamis. Perdana Menteri Jibril mengatakan para pejuang NTC mengejar putra Gaddafi yang seorang lagi, Seif al-Islam di desa dekat Sirte.