Tautan-tautan Akses

Penganut Agama Voodoo di Benin Berduka Atas Hilangnya Hutan Keramat Demi Pembangunan



Seorang pendeta voodoo menghadiri festival voodoo tahunan di Ouidah di Benin, 10 Januari 2016. (Foto: Reuters)
Seorang pendeta voodoo menghadiri festival voodoo tahunan di Ouidah di Benin, 10 Januari 2016. (Foto: Reuters)

Mayoritas penduduk Benin di Afrika barat adalah umat Kristen. Namun kepercayaan kuno masyarakat terhadap agama Voodoo masih tertanam. Para penganutnya memandang hutan sebagai rumah suci bagi roh dan tempat ibadah. Banyak hutan itu kini menghilang akibat urbanisasi dan alih lahan pertanian.

Benin seringkali dianggap sebagai tempat lahirnya Voodoo, rumah bagi ribuan hutan keramat. Para penganut agama tersebut menganggap hutan sangat penting bagi kepercayaan mereka yang berakar pada alam.

Di hutan yang terletak di Bohouezoun Voodoo, pendeta Gilbert Kakpo mengadakan upacara menawarkan minuman air suci kepada penduduk desa setempat.

Pertemuan dimulai dengan menjatuhkan air ke tanah, yang merupakan sebuah ritual untuk menghormati leluhur.

Proses yang harus dilalui untuk menjadi penganut keyakinan Voodoo membutuhkan waktu bertahun-tahun. Dengan sedikit pengecualian, hanya mereka yang diinisiasi yang diizinkan memasuki hutan keramat.

Penganut Voodoo memandang hutan sebagai rumah bagi roh.

Para penganut voodoo melakukan pengorbanan di pantai saat Festival Voodoo tahunan di Ouidah, Benin, 13 Januari 2013. (Foto: AP)
Para penganut voodoo melakukan pengorbanan di pantai saat Festival Voodoo tahunan di Ouidah, Benin, 13 Januari 2013. (Foto: AP)

Para pendeta berdoa kepada mereka dan melakukan ritual untuk meminta nasihat mereka apabila pengikutnya ada yang sedang menghadapi kesulitan.

Kakpo mengatakan, agama itu didasarkan pada pikiran dan perbuatan positif.

“Di tempat kita berdiri saat ini, roh kita adalah pelindung perempuan. Jika Anda seorang perempuan yang pernah mengalami keguguran atau melahirkan bayi yang sudah dalam keadaan meninggal dan Anda ke sini untuk melakukan ritual, maka Anda tidak akan pernah lagi melalui penderitaan tersebut," katanya.

"Jika Anda sedang menghadapi masalah, misalnya terkena sihir atau serangan spiritual, maka Anda bisa ikut ritual. Anda beli semua barang yang dibutuhkan untuk upacara atau doa, tidak peduli apa masalah Anda, Anda akan menemukan jalan keluarnya. Jika seorang penyihir masuk ke dalam hutan ini, ia tidak akan selamat, karena Voodoo hanya berurusan dengan hal-hal positif dan baik. Sudah sangat banyak orang yang disembuhkan atau dirawat di sini," imbuh Kakpo.

Seorang pria terlihat berdiri di tempat terbuka di hutan tropis di lokasi yang tidak diketahui di Afrika, sebagai ilustrasi. (Foto: ITTO via AP)
Seorang pria terlihat berdiri di tempat terbuka di hutan tropis di lokasi yang tidak diketahui di Afrika, sebagai ilustrasi. (Foto: ITTO via AP)

Namun, sudah puluhan tahun hutan-hutan di Benin terancam, dari serangan anti-Voodoo, hingga perluasan pertanian dan urbanisasi, kata warga setempat, kelompok bantuan maupun penganut Voodoo.

Dalam kurun waktu antara tahun 2005 dan 2015, lebih dari 20% hutan di Benin berkurang, di mana tingkat deforestasinya terus berada di atas 2%, menurut Bank Dunia.

Di tengah upaya pemerintah untuk melestarikan hutan sambil melakukan pembangunan, para penganut Voodoo khawatir hilangnya ruang keagamaan mereka dapat memiliki dampak lebih luas.

Mereka mengatakan bukan hanya kekhawatiran lingkungan, hilangnya hutan juga mengancam tatanan sosial 13 juta penduduk Benin, yang sekitar 11%-nya menganut Voodoo.

Umat Voodoo mengatakan, jika roh-roh di hutan itu marah, mereka akan memicu perang, penyakit dan kematian di antara penduduk.

Ketika penduduk di Desa Houeyogbe setuju untuk mengizinkan pemerintah menghancurkan sebagian besar hutan untuk membangun jalan dan memasang akses listrik, warga setempat mengatakan bahwa para roh melepaskan wabah penyakit dengan kematian yang tidak dapat dijelaskan dan penyakit yang semakin banyak. AP belum dapat memverifikasi klaim tersebut.

Mereka masih menjalankan ritual mereka di hutan. Setelah menyerukan sesuatu ke arah hutan, terdengar suara balasan dari dalam hutan, yang diyakini umat Voodoo merupakan respons dari para roh.

Antara tahun 2001 dan 2012, sekitar 45% hutan keramat di Benin telah hilang atau berkurang, menurut kelompok bantuan lokal tersebut.

Organisasi Circle for Safeguarding of Natural Resources mencoba melestarikan hutan, bekerja sama dengan masyarakat untuk menetapkan batas-batas hutan keramat, meningkatkan kesadaran mengenai penebangan pohon dan mengajarkan masyarakat cara memperoleh manfaat finansial dari hutan melalui pembuatan madu dan budidaya bekicot.

Sebuah lahan pertanian di Afria, 16 Maret 2016. (Foto: Reuters)
Sebuah lahan pertanian di Afria, 16 Maret 2016. (Foto: Reuters)

“Pertanian adalah ancaman utama bagi hutan dan hal ini disebabkan oleh kemiskinan. Karena penduduknya miskin, mereka tidak mampu membeli pupuk atau gas untuk sumber energi. Dari 2001 ke 2012, kami melihat bahwa 14% hutan keramat menghilang dan 30% hutan itu telah mengalami degradasi parah, yang berarti sebagian besar wilayah tutupan hutan berkurang," ujar Bienvenu Bossou, Direktur Eksekutif Circle for Safeguarding of Natural Resources.

Dulunya ada hutan keramat bernama Aveleketezou, tetapi kini sudah menjadi sebuah stasiun pengisian bahan bakar.

Warga mengklaim stasiun itu belum meraup untung dan beberapa pegawainya mengklaim bahwa ketika mereka mengisikan bensin ke dalam tangki mobil, bensin itu berubah menjadi air. Lagi-lagi, AP belum bisa memverifikasi klaim tersebut.

Beberapa orang menyalahkan dorongan pemerintah untuk melakukan pembangunan sebagai penyebab utama deforestasi. Warga mengklaim jalan-jalan baru dibangun di atas daerah yang keramat tanpa berkonsultasi terlebih dahulu.

Pengikut voodoo mengikuti ritual dengan meminum air di biara Dah-Gbo Zonon saat festival voodoo di Ouidah, Benin, pada 10 Januari 2023. (Foto: AFP)
Pengikut voodoo mengikuti ritual dengan meminum air di biara Dah-Gbo Zonon saat festival voodoo di Ouidah, Benin, pada 10 Januari 2023. (Foto: AFP)

“Ini adalah tempat yang mistis. Dulunya ini adalah hutan, tapi sekarang sudah tidak ada. Alasannya adalah karena pemerintah pada masa revolusi melihat kejahatan terjadi di mana-mana. Untuk itulah mereka memutuskan untuk menebang seluruh hutan. Hutan telah dibabat habis. Di zaman modern sekarang, hutan telah dimodernisasi dan sekarang kita punya pom bensin sebagai gantinya. Tentu saja itu sangat buruk," papar Modeste Zinsou, direktur kantor pariwisata regional Ouidah.

Voodoo, salah satu agama tertua di dunia, berasal dari kerajaan Dahomey – kini menjadi Benin – dan berakar pada animisme, alias kepercayaan bahwa segala sesuatu, mulai dari batu, pohon, hewan, tempat, memiliki roh.

Kini, jutaan orang menganutnya. Mereka mendatangi pendeta Voodoo untuk melakukan ritual untuk mengusir roh jahat, menyembuhkan penyakit dan mencapai kesuksesan dalam karir dan kehidupan pribadi.

Pesisir Pelabuhan Ouidah menghadirkan pantai-pantai yang indah, namun pada abad ke-17, tempat itu adalah salah satu pelabuhan perdagangan budak tersibuk di Afrika.

Ouidah pun menjadi pusat Voodoo di Benin.

Meskipun Benin adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama Kristen – hampir separuh populasi – Voodoo tertanam dalam kehidupan sebagian besar masyarakat, terutama di wilayah selatan yang sebagian besar penduduknya beragama Kristen.

Dada Daagbo Hounon Hounan II disebut para pengikutnya sebagai Pemimpin Voodoo Spiritual Tertinggi di dunia.

Penganut Agama Voodoo di Benin Berduka Atas Hilangnya Hutan Keramat Demi Pembangunan Modern
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:07:23 0:00

“Manusia adalah mahluk yang suci dan tidak dapat diganggu gugat dan harus dihormati. Siapa pun yang menghancurkan manusia berarti menghancurkan lingkungan. Konsekuensinya tidak hanya berdampak pada satu orang, tetapi akan berdampak pada semua orang dalam ruang dan waktu," katanya.

Pemerintah Benin mengatakan mereka melakukan yang bisa mereka perbuat untuk melindungi hutan-hutan keramat itu.

Mereka melarang penebangan pohon tanpa persetujuan negara. Selain itu, sejak 2016, pemerintah telah menginvestasikan $3 miliar atau setara dengan lebih dari Rp46 miliar untuk sektor budaya dan pariwisata, yang disebutnya akan secara tidak langsung membantu hutan-hutan tersebut. [rd/di]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG