Amerika menghentikan untuk sementara pengiriman bom ke Israel pekan lalu, terkait kekhawatiran Israel sudah hampir mengambil keputusan untuk melancarkan serangan skala penuh ke Rafah, kota di bagian selatan Gaza. Keputusan seperti itu akan bertentangan dengan keinginan AS, kata seorang pejabat senior, Selasa (7/5).
Pengiriman itu seharusnya mencakup 1.800 bom berbobot 900 kilogram dan 1.700 bom 225 kilogram, menurut pejabat itu yang berbicara dengan syarat anonim dalam membahas masalah sensitif ini.
Fokus kekhawatiran AS adalah mengenai penggunaan bahan peledak berukuran lebih besar dan bagaimana bom itu digunakan di tengah kawasan perkotaan yang padat. Lebih dari satu juta warga sipil kini berlindung di Rafah setelah mengungsi dari tempat-tempat lain di Gaza di tengah-tengah perang Israel terhadap Hamas, yang dipicu oleh serangan maut kelompok militan itu ke Israel pada 7 Oktober.
AS secara historis telah memberi bantuan militer dalam jumlah besar untuk Israel. Bantuan ini ditingkatkan setelah serangan Hamas 7 Oktober yang menewaskan sekitar 1.200 orang di Israel, sementara sekitar 250 orang lainnya disandera. Sebagian besar sandera telah dibebaskan setelah tercapainya perjanjian gencatan senjata pertama November lalu.
Manifestasi Perselisihan Biden-Netanyahu
Jeda pengiriman bantuan ini merupakan manifestasi paling mencolok dalam perselisihan antara pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan pemerintahan Presiden Joe Biden. Biden telah meminta Israel agar berbuat lebih banyak dalam melindungi nyawa warga sipil yang tak bersalah di Gaza.
Penghentian sementara pengiriman itu juga dilakukan ketika pemerintahan Biden dijadwalkan mengeluarkan pernyataan resmi pertama pekan ini mengenai apakah serangan udara terhadap Gaza dan pembatasan pengiriman bantuan telah melanggar hukum internasional dan AS yang dirancang supaya warga sipil tidak menjadi korban perang.
Keputusan yang menentang Israel akan menambah tekanan terhadap Biden untuk membatasi aliran senjata dan dana untuk militer Israel.
Pemerintahan Biden pada April lalu mulai mengevaluasi pengiriman bantuan militer mendatang sewaktu pemerintahan Netanyahu tampaknya semakin bertekad melancarkan serangan ke Rafah, meskipun Gedung Putih telah berulangkali menyampaikan ketidaksetujuan.
Pejabat senior AS itu mengatakan keputusan untuk menghentikan sementara pengiriman bantuan itu diambil pekan lalu dan belum ada keputusan akhir mengenai apakah akan melanjutkan pengiriman tersebut nantinya.
Para pejabat AS selama berhari-hari telah menolak mengomentari penghentian pengiriman tersebut, yang mucul ketika Biden pada hari Selasa (7/5) menggambarkan dukungan AS untuk Israel sebagai hal yang “sangat kokoh, meskipun kami berbeda pendapat.”
Juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre menolak untuk mengaitkan penghentian pengiriman senjata itu dengan retorika Biden dalam mendukung Israel. Ia hanya mengatakan bahwa “keduanya mungkin saja benar.”
Israel Kuasai Penyebrangan Perbatasan Rafah
Pasukan Israel pda hari Selasa merebut kontrol atas penyeberangan perbatasan Rafah yang penting di Gaza, dalam apa yang disebut Gedung Putih sebagai operasi terbatas. Gedung Putih tidak menyebut tentang invasi skala penuh Israel terhadap kota itu, yang telah berulang kali diperingatkan oleh Biden agar tidak dilakukan demi alasan kemanusiaan. Peringatan terbaru Biden disampaikan pada hari Senin lalu (6/5) dalam percakapan teleponnya dengan Netanyahu.
Israel telah memerintahkan evakuasi 100 ribu orang Palestina dari Rafah dan melancarkan apa yang disebut sebagai “serangan tertarget” terhadap bagian timur Rafah dan merebut pos penyeberangan Rafah, jalur penting bagi aliran bantuan kemanusiaan di perbatasan Gaza-Mesir.
Kekhawatiran memuncak di Gedung Putih mengenai apa yang terjadi di Rafah, tetapi para pejabat pemerintah secara terbuka telah menekankan bahwa menurut mereka operasi itu tidak bertentangan dengan peringatan Biden pada Netanyahu.
Kirby: AS Memantau “Operasi Terbatas” Israel di Rafah
Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby mengatakan Israel menggambarkan operasi di perbatasan Gaza-Mesir, di bagian timur Rafah, sebagai “operasi berskala dan berjangka waktu terbatas” untuk menghentikan penyelundupan senjata oleh Hamas. Tetapi Kirby juga menggarisbawahi bahwa AS akan memantau dengan seksama pertempuran di sana.
Kongres bulan lalu meloloskan RUU keamanan nasional senilai US$95 miliar yang mencakup pendanaan untuk Ukraina, Israel dan sekutu-sekutu lain. Paket itu mencakup lebih dari US$14 miliar bantuan militer untuk Israel, meskipun pengiriman yang dihentikan tidak terkait dengan legislasi itu.
Departemen Luar Negeri secara terpisah sedang mempertimbangkan apakah akan setuju melanjutkan pengiriman kit Joint Direct Attack Munition (Amunisi Serangan Langsung Bersama), yang menempatkan sistem rudal pada bom, untuk Israel. Namun, peninjauan itu tidak terkait dengan pengiriman dalam waktu dekat.
Amerika jarang menjatuhkan bom 900 kg dalam perang panjangnya melawan kelompok militan ISIS. Sedangkan Israel kerap menggunakan bom itu dalam perangnya selama tujuh bulan di Gaza. Para pakar mengatakan penggunaan bom tersebut antara lain menyebabkan tingginya korban jiwa di Palestina, yang menurut Kementerian Kesehatan Hamas di Gaza telah melampaui 34.800 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak. Kementerian itu tidak membedakan antara korban warga sipil dan militan. [uh/em]
Forum