Organisasi berita Al-Jazeera mengatakan, pasukan Nigeria telah menahan dua wartawannya sejak Selasa (24/3), sementara negara itu memperketat keamanan menjelang pemilu nasional hari Sabtu.
Jaringan pemberitaan berbasis di Qatar itu merilis sebuah pernyataan, Kamis, yang menuntut pembebasan dua wartawan Nigeria, yang bekerja untuk Al Jazeera ketika ditahan, Selasa, di Maiduguri, negara bagian Borno. Kelompok militan Boko Haram aktif di kawasan itu.
Al Jazeera mengatakan, wartawan Ahmed Idris dan Ali Mustafa ditahan di kamar hotel mereka di kota Maiduguri, Selasa, setelah pulang dari sebuah liputan berita mengenai pasukan Nigeria yang memerangi Boko Haram.
Jaringan berita itu mengatakan, kedua wartawan itu diinterogasi dan kamera mereka disita, meskipun telah menerima pernyataan kerjasama dari militer untuk memfilemkannya. Keduanya ditahan di kamar mereka hingga pemberitaan lebih lanjut.
Militer mengatakan, dalam sebuah pernyataan, kedua wartawan itu beroperasi tanpa perlindungan, akreditasi dan izin. Al Jazeera mengatakan kedua wartawannya telah mendapatkan izin lengkap dari komisi pemilu untuk melaporkan pemilu dari lokasi mana pun di Nigeria.
Juga hari Kamis, Human Rights Watch melaporkan Boko Haram telah membunuh lebih dari 1000 warga sipil sejak awal tahun, berdasarkan analisis media dan keterangan para saksi mata. Laporan itu mengatakan, orang-orang yang melarikan diri dari kekerasan di Nigeria Utara melaporkan tingkat kebrutalan yang mengerikan, termasuk pembakaran desa, penculikan perempuan, dan pemaksaan kaum pria untuk bergabung dengan kelompok itu dan berperang.
Rakyat Nigeria sedang bersiap untuk memberikan suara mereka dalam pemilu presiden dan parlemen pada hari Sabtu.