Tautan-tautan Akses

Penyelidik Amerika Serikat dan Boeing Periksa Lokasi Kecelakaan Pesawat Korsel


Penyelidik dari Korea Selatan dan Amerika Serikat memeriksa lokasi jatuhnya pesawat Boeing 737-800 Jeju Air dan terbakar di Bandara Internasional Muan, di Muan, Korea Selatan, 31 Desember 2024.
Penyelidik dari Korea Selatan dan Amerika Serikat memeriksa lokasi jatuhnya pesawat Boeing 737-800 Jeju Air dan terbakar di Bandara Internasional Muan, di Muan, Korea Selatan, 31 Desember 2024.

Satu tim penyelidik Amerika yang mencakup perwakilan dari Boeing, Selasa (31/12) memeriksa lokasi kecelakaan pesawat yang menewaskan 179 orang di Korea Selatan. Otoritas Korea Selatan melakukan inspeksi keselamatan semua pesawat Boeing 737-800 yang dioperasikan oleh maskapai penerbangan negara itu.

Semua kecuali dua dari 181 orang di dalam Boeing 737-800 yang dioperasikan Jeju Air, maskapai penerbangan murah Korea Selatan, tewas dalam kecelakaan hari Minggu lalu (29/12). Video memperlihatkan pesawat itu, tanpa roda pendaratan, mendarat darurat dengan lambungnya dan melaju keluar landasan pacu di Bandara Internasional Muan, di bagian selatan Korea Selatan. Pesawat itu berhenti setelah menabrak pagar beton dan terbakar.

Pesawat itu tampaknya mengalami gangguan mesin, dan pemeriksaan awal juga mengatakan bahwa pilot menerima peringatan tabrakan dengan burung dari pusat kendali darat, dan sempat mengeluarkan sinyal tanda bahaya. Tetapi banyak pakar mengatakan masalah roda pendaratan kemungkinan besar menjadi penyebab utama kecelakaan tersebut.

Inspeksi Keselamatan

Pemerintah Korea Selatan telah meluncurkan inspeksi keselamatan terhadap seluruh dari 101 pesawat Boeing 737-800 di negara itu. Kementerian Transportasi mengatakan pihak berwenang akan memeriksa catatan pemeliharaan dan operasi keselamatan hingga Jumat (3/1).

Kementerian itu mengatakan delegasi terdiri dari delapan penyelidik Amerika Serikat, satu dari Administrasi Penerbangan Federal, tiga dari Dewan Keselamatan Transportasi Nasional dan empat dari Boeing. Tim itu melakukan kunjungan ke lokasi kecelakaan pada hari Selasa (31/12). Hasil pemeriksaan mereka masih belum diketahui.

Kim E-bae, Presiden Jeju Air, mengatakan kepada wartawan pada hari Selasa bahwa perusahaannya akan menambah lebih banyak petugas pemeliharaan pesawat dan mengurangi operasi penerbangan 10-15 persen hingga Maret, sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan keselamatan penerbangan pesawatnya.

John Hansman, pakar penerbangan dari MIT, mengatakan, kecelakaan itu kemungkinan besar disebabkan oleh masalah pada sistem kontrol hidrolik pesawat. Hal ini itu sesuai dengan kondisi roda pendaratan dan sirip sayap pesawat yang tidak digunakan “dan mungkin mengindikasikan masalah kontrol yang akan menjelaskan mengapa pesawat itu terburu-buru mendarat,” tambahnya.

Masalah Sistem Listrik dan Hidrolik

Boeing 737-800 – versi lebih awal dari 737-Max – adalah pesawat yang banyak digunakan dengan catatan keselamatan yang baik, menurut Najmedin Meshkati, profesor teknik di University of Southern California yang mempelajari keselamatan penerbangan.

Ia mengatakan kegagalan sistem pesawat untuk memberitahukan lokasi, mengoperasikan roda pendaratannya dan membuka sirip sayap untuk memperlambat lajunya mengindikasikan masalah luas yang mempengaruhi sistem kelistrikan dan hidroliknya. Ia percaya para penyelidik akan mengetahui apa yang terjadi dengan menganalisis informasi dari data penerbangan dan rekaman suara di kokpit.

“Ini adalah benar-benar dua pilar untuk analisis kecelakaan dan rekonstruksi kecelakaan,” kata Meshkati. Seperti para pakar penerbangan lainnya, Meshkati juga mempertanyakan lokasi tembok kokoh yang hanya beberapa ratus meter dari ujung landasan pacu, mengingat pesawat kadang-kadang melewati landasan pacu. “Keberadaan pagar beton besar di sana benar-benar nahas bagi pesawat ini,” ujarnya.

Para pejabat Korea Selatan telah mengatakan bahwa mereka akan memeriksa apakah localizer – pagar beton berisi serangkaian antena yang dirancang untuk memandu pesawat melakukan pendaratan dengan aman – di bandara Muan seharusnya dibuat dengan bahan yang lebih ringan dan lebih mudah pecah saat terjadi benturan.

Ini adalah kecelakaan yang paling banyak menewaskan korban dalam sejarah penerbangan Korea Utara beberapa dekade terakhir ini. Pemerintah telah menetapkan masa berkabung nasional selama tujuh hari, hingga 4 Januari.

Kementerian Transportasi Selasa mengatakan pihak berwenang telah mengidentifikasi 175 mayat dan melakukan tes DNA untuk mengidentifikasi lima jasad lainnya. Keluarga yang berkabung mengatakan para pejabat memberitahu mereka bahwa jasad para korban begitu rusaknya sehingga para petugas perlu waktu sebelum menyerahkannya ke kerabat mereka.

Hari Selasa, Park Han Shin, seorang perwakilan keluarga korban, menuduh pemerintah gagal menyediakan lemari pendingin tepat waktu seperti yang telah dijanjikan, dan menyampaikan kekhawatirannya bahwa mayat-mayat itu akan membusuk. “Martabat terakhir para korban sangat dirusak. Kami mengkritik keras pihak berwenang karena gagal memenuhi janjinya,” kata Park. [uh/em]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG