Presiden Suriah Bashar al-Assad bertekad untuk menumpas “teroris” dengan “tangan besi” dan menyalahkan “konspirasi asing” atas pergolakan anti pemerintah selama 10 bulan di negaranya.
Dari ibukota Suriah, Damaskus, hari Selasa Assad menyampaikan pidato langka selama 100 menit lewat televisi pemerintah. Ia memuji pasukan keamanannya dan mengatakan ia tidak pernah memerintahkan mereka untuk menembak warga sipil.
Pemerintah Suriah menuduh “teroris yang bersenjata” menggerakkan perlawanan terhadap kekuasaan otoriter Assad selama 11 tahun.
Presiden yang tidak disukai itu kembali mengatakan ia tidak akan mundur sebelum rakyat Suriah menginginkannya pergi.
Dalam pidatonya ia berjanji untuk membiarkan warga Suriah menentukan pilihan pada bulan maret mengenai konstitusi baru yang akan memusatkan perhatian pada sistim multi partai. Ia mengatakan pemilu parlemen akan menyusul dan bisa diselenggarakan paling cepat bulan Mei.
Para aktivis Suriah yang menyaksikan pidato itu di Turki mengatakan mereka ragu Assad akan melaksanakan janjinya.
Assad hingga kini belum memenuhi janjinya untuk mengakhiri penumpasan berdarah yang dikatakan PBB menyebabkan sekurangnya 5.000 orang tewas. Pemerintah Suriah mengatakan 2.000 personil keamanan tewas dalam kekerasan itu.
Dewan Keamanan PBB hari Selasa mengatakan 400 orang telah tewas sejak pengamat Liga Arab tiba tanggal 26 Desember. Blok Arab itu mengirim misi pengamat yang dikecam luas ke Suriah untuk memantau apakah Assad mematuhi rencana mengakhiri kekerasan terhadap demonstran anti pemerintah.