Untuk pertama kalinya dalam sedikitnya dua tahun, Presiden Venezuela Nicolas Maduro dan tim politiknya bertemu dengan beberapa tokoh oposisi dalam usaha untuk meredakan krisis politik negara itu.
Tuntutan utama oposisi adalah menghidupkan kembali referendum yang dihentikan yang dapat menghasilkan penggulingan Presiden Maduro. Puluhan ribu orang pemrotes turun ke jalan-jalan dalam beberapa hari ini untuk mendukung usaha referendum melengserkan presiden.
Dengan dihadiri oleh para penengah internasional, Maduro bertemu hari Minggu dengan lima tokoh oposisi, termasuk sekjen koalisi Persatuan Demokrat, Jesus Torrealba, dan gubernur dari oposisi, Henri Falcon.
“Kami datang kesini bersedia mendengarkan dan, mudah-mudahan didengarkan, dan mencari hal-hal yang merupakan kepentingan bersama mayoritas besar negara ini, dan merupakan kepentingan nasional. Saya kira ini bukan waktunya untuk berpidato-pidato panjang melainkan untuk mengeluarkan tekad yang mendalam,” kata Maduro dalam upacara yang ditayangkan langsung oleh televisi ke seluruh Venezuela.
Prakarsa ini merupakan bagian dari usaha yang dipimpin oleh Vatikan untuk meredakan krisis politik negara itu setelah Paus Fransiskus bertemu secara tertutup dengan Maduro.
“Pemerintah dan oposisi bertekad untuk menurunkan keagresifan dalam kata-kata yang digunakan dalam perdebatan politik,” kata utusan paus Uskup Agung Claudio Maria Celli.
Para pejabat komisi pemilu menghentikan usaha referendum sebelumnya bulan ini, dengan tuduhan bahwa kecurangan telah dilakukan dalam pengumpulan tanda-tangan untuk memohon referendum.
Para tokoh oposisi yang menghadiri pertemuan dengan Maduro itu mengancam akan memboikot lebih jauh pertemuan kalau tuntutan mereka tidak segera dipenuhi. [gp]