Dunia pada tahun 2010 terasa lebih panas. Menurut National Oceanic dan Atmospheric Administration, tahun 2010 adalah tahun terpanas semenjak awal pencatatan pada tahun 1880.
Banyak peristiwa yang terjadi tahun ini menjadi tanda awal perubahan iklim global termasuk perubahan cuaca yang ekstrim, kebakaran hutan besar-besaran, banjir besar, dan pemutihan karang.
Lester Brown, Presiden of the Earth Policy Institute, sebuah lembaga analisa lingkungan independen, mengatakan dampak perpaduan dari perubahan cuaca secara drastis, kekeringan, dan kebakaran hutan di Rusia mengakibatkan penurunan sebanyak 40 persen panen gandum di negara itu. "Ini adalah suatu musibah yang besar. Negara pengeskpor gandum terbesar tahun lalu, tahun ini justru mengimpor gandum," tukas Brown.
Seperlima Wilayah Pakistan Banjir
Brown juga melihat beberapa tanda lain yang menyedihkan. Ia mengatakan banjir besar di Pakistan pada bulan Juli lalu didahului oleh suhu terpanas di Asia, dengan merkuri meningkat mencapai 53 derajat Celcius di sepanjang sungai Indus di Pakistan bagian selatan.
Dengan suhu yang luar biasa panas tersebut, jelas Brown, gletser di Himalaya mencair dan mengakibatkan volume air sungai Indus yang mengaliri Pakistan meningkat, sehingga terjadilah banjir bandang.
Cina Lampaui AS Sebagai Konsumen Bahan Bakar Terbesar
Ini juga menjadi tahun di mana Tiongkok, yang sudah melampaui Amerika sebagai penghasil gas rumah kaca terbesar pada tahun 2009, meningkat melampaui AS sebagai konsumen bahan bakar terbesar di dunia. Tiongkok juga menetapkan target efisiensi energi baru di tingkat pemerintahan daerah, mendesak perusahaan untuk menentapkan standar bahan bakar yang ketat dan melanjutkan pembangunan jaringan kereta berkecepatan tinggi, jalur-jalur kereta bawah tanah baru dan sistem transit umum baru di lusinan kota di Tiongkok.
AS Gagal Loloskan RUU Iklim
Jonathan Lash, Presiden World Resources Institute mengatakan bahwa ketika Kongres AS gagal untuk meloloskan RUU Iklim di tahun 2010, banyak negara bagian bertindak sendiri atau dalam kelompok untuk meningkatkan berbagai upaya penghasilan bahan bakar yang ramah lingkungan. Sektor swasta turut mendorong langkah-langkah yang diambil oleh berbagai negara bagian.
"Perusahaan-perusahaan besar sangat mendukung dengan meningkatkan investasi dalam bentuk produk dan jasa baru yang mereka yakini penting artinya untuk mengurangi produksi karbon dan secara sukarela mengurangi produksi emisi mereka sendiri," ujar Lash.
Hasil KTT Iklim PBB di Cancun, Meksiko, baru-baru ini membuat Lash optimis bahwa dunia semakin sadar dengan isu perubahan iklim. Perwakilan dari 192 negara terus merancang sebuah perjanjian global untuk menggantikan Protokol Kyoto, yang akan kadaluwarsa pada tahun 2012. Di Cancun, negara-negara peserta meresmikan komitmen untuk mengurangi emisi dan melindungi hutan. Mereka berjanji bahwa pada tahun 2020, mereka akan sudah menyisihkan 100 milyar dolar untuk membantu negara-negara miskin untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim dan mengadopsi teknologi ramah lingkungan. "Ini tentunya merupakan permulaan yang nyata bagi upaya bersama secara global, dan ini sangat jarang dan sulit dicapai," tambah Lash.
Kenneth Green, seorang ilmuwan dan analis kebijakan bagi American Enterprise Institute, mendukung kebijakan dan lembaga-lembaga yang dapat membantu negara-negara berkembang untuk membangun perekonomian yang tangguh dalam menghadapi perubahan iklim. Ia tidak melihat bahwa kerangka kerja PBB yang menetapkan pengurangan emisi karbon dapat mencapai tujuan tersebut.
"Target-target tersebut terlalu sulit dan tidak akan mungkin dicapai," ujar Green. "PBB berasumsi bahwa negara-negara maju akan dengan mudahnya membanjiri negara-negara berkembang dengan bantuan, sementara teknologi yang penting artinya bagi pembangunan ekonomi terlupakan."
Tumpahan Minyak Terburuk dalam Sejarah AS
Berita utama lingkungan hidup lain dari tahun 2010 adalah tumpahnya minyak di Teluk Meksiko, Amerika Serikat. Ledakan di bulan April tersebut menewaskan 11 pekerja, dan sebelum akhirnya sukses ditutup pada pertengahan Juli, sumur minyak tersebut membocorkan hampir lima juta barel minyak. Proses pembersihan akibat tumpahan masih berlangsung hingga saat ini. Penjaga Pantai AS (US Coast Guard) melaporkan bahwa menjelang penghujung tahun ini, 9.000 pekerja masih terlibat dalam operasi pembersihan, dengan prioritas pada tanah rawa dan pantai.
"Minyak yang sulit dibersihkan menempel di pasir di pinggiran pantai," katanya. "Kita harus menyingkirkannya secara manual atau menggunakan perangkat berat."
Pelestarian dan Kepunahan
Isu besar lainnya tahun ini seputar lingkungan hidup adalah kelangsungan hidup tuna sirip biru. Spesies ini berada dalam ambang kepunahan dan gagal mendapatkan perlindungan internasional. Di sisi lain, Norwegia menyumbangkan satu milyar dolar AS untuk melestarikan hutan di Indonesia, dan menjelang akhir tahun 2010, Tahun Harimau menurut kalender Tiongkok , pemimpin-pemimpin dunia bertemu di St Petersburg, Rusia, untuk menyepakati upaya khusus menjaga kelestarian harimau dan menjanjikan dana untuk mendukungnya.