Para penyelidik pada hari Selasa (31/12) terlihat memulai penyelidikan di lokasi kecelakaan dan kebakaran pesawat Jeju Air yang menewaskan 179 dari 181 orang di dalamnya di bandara internasional Muan, Korea Selatan.
Menurut kantor berita Korea Selatan Yonhap News, satu orang pakar dari Administrasi Penerbangan Federal AS (FAA), tiga orang ahli dari Dewan Keselamatan Transportasi Nasional AS (NTSB) dan empat orang dari Boeing, terlihat di lokasi kecelakaan pada hari Selasa. Associated Press belum dapat mengonfirmasi hal ini.
Kepala Kebijakan Penerbangan di Kementerian Transportasi Korea Selatan, Joo Jong Wan, menjelaskan hal tersebut.
“Mulai Selasa ini, 11 orang dari Badan Penyelidik Kecelakaan Penerbangan dan Kereta Api (Aviation and Railway Accident Investigation Board/ARAIB), delapan dari Amerika akan memulai penyelidikan terhadap kecelakaan itu. Tim dari Amerika terdiri dari seorang pakar di Administrasi Penerbangan Federal AS (FAA), tiga pakar dari Dewan Keselamatan Transportasi Nasional (NTSB), dan empat lainnya perwakilan dari Boeing," ungkapnya.
Demi penyelidikan itu, pihak berwenang menutup landasan pacu bandara internasional Muan hingga tanggal 7 Januari 2025.
Sebelumnya Kementerian Transportasi Korea Selatan mengatakan akan menyelidiki apakah localizer – atau pagar beton yang menampung satu set antena yang dirancang untuk memandu pesawat dengan aman selama pendaratan – di bandara Muan, seharusnya dibuat dengan bahan yang lebih ringan yang akan lebih mudah patah jika terjadi benturan.
Sejumlah pakar penerbangan mengkritisi keberadaan localizer itu, termasuk John Cox, CEO Safety Operating System LLC.
“Video dan bukti yang kami lihat dalam tragedi di Korea Selatan sangat tidak biasa dan sangat tragis. Yang paling mengejutkan bagi saya adalah keberadaan pagar beton di ujung landasan pacu. Para penumpang pesawat Jeju Air itu bisa saja lolos dari maut jika mereka tidak menabrak pagar beton itu. Mengapa pagar beton itu bisa ditempatkan di sana?,” ujarnya.
John Cox berharap dengan ditemukannya rekaman data penerbangan, akan segera ada titik terang tentang apa penyebab kecelakaan itu. Rekaman data penerbangan, yang salah satu di antaranya nyaris hancur, sudah dikirim ke Washington DC untuk dikaji.
CEO Jeju Air, Kim E-bae, mengatakan bahwa sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan keselamatan penerbangan pesawatnya, perusahaannya akan menambah lebih banyak petugas pemeliharaan pesawat dan mengurangi operasi penerbangan 10-15% hingga Maret. Ia mengawali konferensi pers hari Selasa dengan kembali minta maaf kepada korban dan keluarga mereka, dan menggarisbawahi bahwa Jeju Air akan melakukan segalanya untuk memastikan keselamatan dan mendapatkan kembali kepercayaan publik.
Dalam perkembangan lainnya Kementerian Transportasi Korea Selatan juga mengatakan akan melakukan inspeksi keselamatan terhadap 101 pesawat jet Boeing 737-800 yang dioperasikan oleh maskapai penerbangan di negara itu, serta mengkaji lebih seksama standar keselamatan di Jeju Air, yang mengoperasikan 39 pesawat tersebut.
Pesawat Boeing 737-800 yang dioperasikan oleh maskapai penerbangan murah Korea Selatan, Jeju Air, membatalkan upaya pendaratan pertamanya karena alasan yang tidak jelas.
Pada upaya pendaratan kedua, pesawat itu menerima peringatan serangan burung dari pusat kendali darat sebelum pilotnya mengeluarkan sinyal bahaya.
Pesawat mendarat tanpa menggunakan roda pendaratan depan, keluar dari landasan pacu, menabrak pagar beton dan meledak menjadi bola api.
Kecelakaan pada hari Minggu, yang merupakan bencana penerbangan terburuk di negara ini dalam beberapa dekade terakhir, memicu curahan simpati nasional.
Banyak pihak mempertanyakan seberapa efektif pemerintah Korea Selatan menangani kecelakaan ini dalam kekosongan kepemimpinan pasca pemakzulan Presiden Yoon Suk Yeol dan Perdana Menteri Han Duck-soo, yang di tengah gejolak politik akibat pemberlakuan singkat hukum darurat militer oleh Yoon pada awal Desember lalu. [em/jm]
Forum