Afghanistan Buru Tersangka Pembunuh 2 Perwira AS

Presiden Karzai menyerukan ketenangan dalam pidato di televisi dengan makin maraknya protes anti pembakaran al-Quran di Afghanistan (26/2).

Seorang pejabat intelijen Afghanistan diduga bertanggung jawab atas penembakan jarak dekat yang menewaskan dua perwira AS hari Sabtu (25/2).

Pihak berwenang Afghanistan hari Minggu mengatakan mereka mencari seorang pejabat intelijen Afghanistan yang diyakini mungkin bertanggung jawab atas penembakan jarak dekat yang menewaskan dua perwira AS pada hari Sabtu di dalam sebuah pusat komando yang dijaga ketat di Kementerian Dalam Negeri di Kabul.

Pejabat mengatakan petugas intelijen berusia 25 tahun itu pernah belajar di Pakistan.

Pembunuhan dua perwira AS, seorang letnan kolonel dan seorang mayor, terjadi sementara Afghanistan dalam protes hari kelima berturut-turut setelah pembakaran Al Quran oleh personil NATO di Pangkalan Angkatan Udara Bagram, Selasa. Puluhan orang tewas dalam beberapa demonstrasi.

Presiden Afghanistan Hamid Karzai dalam pidato televisi hari Minggu meminta untuk tenang. Dia mengatakan "sekarang setelah kita menunjukkan perasaan kita, sudah waktunya untuk tenang dan damai."

Semua personil militer internasional yang bekerja di kantor-kantor pemerintah Afghanistan telah ditarik Sabtu setelah pria bersenjata itu membunuh dua perwira AS. NATO mengatakan keputusan untuk memerintahkan penarikan kembali itu dilakukan "jelas untuk alasan perlindungan pasukan."

Kelompok Taliban Afghanistan telah mengaku bertanggungjawab atas penembakan di kementrian itu, dan mengatakan serangan itu adalah pembalasan atas pembakaran kitab suci umat Islam.

Presiden AS Barack Obama dan pejabat AS lainnya telah meminta maaf atas penodaan Quran tersebut, tetapi tidak cukup untuk menenangkan kemarahan di Afghanistan dan Pakistan.

NATO sedang melakukan penyelidikan penuh, namun belum mengeluarkan pernyataan rinci. Laporan media mengutip pejabat Barat yang tak disebutkan namanya yang mengatakan tampaknya salinan Al-Quran tersebut dan bacaan Islam lainnya di perpustakaan Bagram sedang digunakan untuk memarakkan ekstremisme, dan bahwa para tahanan menulis di dokumen itu untuk bertukar pesan ekstremis.