Negara-negara Arab di Teluk Persia telah membuka suara mengenai pertumpahan darah di Suriah, sementara para aktivis mengatakan sedikitnya 26 lagi orang tewas Jumat dalam tindakan penumpasan oleh pemerintah terhadap demonstran oposisi.
Dewan Kerjasama Teluk (GCC) yang beranggota 6 negara itu mengeluarkan pernyataan Sabtu yang menyerukan agar segera diakhirinya kekerasan dan dilaksanakannya pembaharuan. Blok itu meliputi Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
Pernyataan dari ke-6 negara itu dikeluarkan setelah ada janji oleh Amerika, Perancis dan Jerman untuk mempertimbangkan tambahan cara guna mendukung rakyat Suriah dan menekan Presiden Bashar al-Assad.
Pernyataan Gedung Putih hari Jumat mengatakan, Presiden Obama berbicara secara terpisah dengan Presiden Perancis Nicolas Sarkozy dan Kanselir Jerman Angela Merkel. Pernyataan itu mengatakan ketiga pemimpin itu mengutuk penggunaan terus kekerasan secara membabi buta terhadap rakyat Suriah.
Puluhan ribu warga Suriah melancarkan aksi demonstrasi menentang pemerintah, pada hari pertama puasa. Demonstran berdemo di Damascus, Homs, Dara’a, Deir el-Zour, dan kota-kota lain.
Sementara itu terungkap rincian lebih banyak mengenai situasi di kota Hama, yang telah dikepung tentara sejak hari Minggu. Seorang aktivis politik di kota itu kepada VOA hari Jumat mengatakan, tentara melakukan penahanan dan pembunuhan tanpa pandang bulu ketika menyerbu rumah-rumah para aktivis. Tapi, ia menambahkan, demonstrasi anti pemerintah tetap berlangsung hari Jumat meskipun tentara bertindak keras.
Pemerintah menuding teroris dan militan melakukan sebagian besar kekerasan di Suriah. Kantor berita resmi Suriah SANA hari Jumat mengatakan kawanan bersenjata tak dikenal telah menyerang patroli keamanan di dekat kota Maarat al-Numan, menewaskan sedikitnya dua petugas keamanan.