Ratusan Pencari Suaka Mogok Makan di Australia Barat

Para pencari suaka melakukan protes di sebuah tempat penahanan sementara di Australia (foto dokumentasi).

Kelompok-kelompok advokasi pengungsi mengatakan ratusan pencari suaka, kebanyakan dari Afghanistan, melancarkan mogok makan di pusat tahanan imigrasi di Australia Barat.

Sebanyak 700 tahanan imigrasi mogok makan di kamp tahanan imigrasi Curtin dekat kota Derby di Australia Barat. Fasilitas terpencil itu menahan bujangan yang tiba di Australia secara gelap untuk mengajukan permohonan sebagai pengungsi.

Kelompok-kelompok advokasi pengungsi mengatakan para pemrotes mengeluh bahwa diperlukan waktu lama untuk mengajukan permohonan suaka dan pihak berwenang Australia menolak untuk menjelaskannya. Banyak tahanan imigrasi lainnya juga ditolak surat permohonan suakanya.

Mogok makan itu dimulai minggu lalu, dan para relawan bagi pengungsi mengatakan para pemrotes juga akan mogok minum apabila para pejabat imigrasi menolak menemui mereka.

Para tahanan di Curtin juga mengkhawatirkan perjanjian baru antara Australia dan Afghanistan, yang memungkinkan Australia memulangkan secara paksa imigran Afghanistan yang tidak memenuhi persyaratan sebagai pengungsi.

Seorang imigran yang ikut mogok makan, Assad, mengatakan suasana di kamp tahanan itu semakin suram, karena katanya, "Kami berasal dari negara yang tercabik perang dan permohonan suaka kami ditolak pemerintah Australia. Kami diberitahu tidak diakui sebagai pengungsi dan situasi keseluruhannya sulit karena kami sangat sedih, letih, dan putus asa.”

Para pejabat imigrasi Australia mengatakan protes itu jauh lebih kecil, karena hanya sekitar 30 tahanan melakukan mogok makan secara sukarela, sementara kelompok tahanan yang lebih besar melancarkan protes di halaman utama kamp tahanan. Juru bicara departemen imigrasi mengatakan situasi kamp tahanan tetap tenang dan protes berjalan damai.

Australia menahan para pencari suaka yang berusaha masuk ke sana secara gelap, selagi klaim mereka untuk status pengungsi diperiksa. Dalam tahun lalu, terjadi gelombang besar kedatangan imigran gelap, kebanyakan melalui perjalanan berbahaya dengan perahu dari Indonesia. Kebanyakan imigran gelap baru berasal dari Irak, Iran, Sri Lanka, dan Afghanistan.

Fasilitas tahanan imigrasi utama milik pemerintah Australia di Pulau Christmas terlampau penuh, sehingga Australia membuka lagi pusat tahanan imigrasi Curtin tahun lalu. Lebih dari 40 pencari suaka tewas dalam bulan Desember ketika kapal mereka dihantam badai dekat Pulau Christmas.

Australia memberikan visa kepada sekitar 13.000 pengungsi setiap tahun di bawah program kemanusiaan internasional.