Tentara Libya akan Tinggalkan Kota Misrata

Para pemberontak Libya berlindung di sebuah rumah di kota Misrata, sementara dikepung oleh pendukung Gaddafi (22/4).

Wakil Menlu Libya Khaled Kaim mengatakan tentara akan keluar dari kota Misrata, yang dikuasai pemberontak tapi dikepung pasukan pemerintah.

Wakil Menteri Luar Negeri Libya mengatakan tentara akan keluar dari kota Misrata, yang dikuasai pemberontak tapi dikepung pasukan pemerintah. Khaled Kaim mengatakan hari Jumat nasib kota itu akan diserahkan kepada "suku-suku di sekitar Misrata dan penduduk Misrata." Ia tidak mengatakan kapan atau dalam keadaan apa tentara Libya akan pergi.

Jumat pagi, Senator Amerika John McCain mengunjungi Benghazi, kubu pemberontak Libya, dan mendesak Amerika serta kekuatan dunia lain agar mengakui dewan transisi pemberontak.

McCain mengatakan ia akan menuntut pemerintahan Obama agar memberikan lebih banyak dana kepada pemberontak, untuk dalam kata-katanya, "menuntaskan masalah ini" dan menyingkirkan pemimpin Libya Moammar Gaddafi dari kekuasaan. Ia menyerukan Amerika agar mengalihkan aset-aset pemerintah Libya yang dibekukan kepada para pemberontak.

Jurubicara Gedung Putih Jay Carney mengatakan terserah "rakyat Libya untuk memutuskan" siapa yang harus memimpin negara mereka. Dalam kunjungan mendadak sebelumnya, McCain bertemu para pemimpin oposisi, mengunjungi para korban perang yang luka-luka, dan menyalami rakyat Libya di jalanan Benghazi.

Sebelumnya, kepada wartawan McCain mengatakan, para pemberontak adalah "pahlawannya", setelah ia tiba di kota di Libya timur itu, yang menjadi markas besar oposisi Libya. McCain, anggota parlemen kawakan dari fraksi Republik, salah seorang pendukung terkuat untuk intervensi militer di Libya, di mana pejuang pemberontak memerangi pasukan yang setia kepada Gaddafi. Kunjungan McCain dilakukan sehari setelah Amerika menyetujui penggunaan pesawat bersenjata tidak berawak untuk mendukung misi militer NATO di negara itu.

Laksamana Amerika Mike Mullen dalam kunjungan ke Baghdad hari Jumat mengatakan perang di Libya mengarah ke kebuntuan dan Amerika menambahkan pesawat tanpa awak di atas Libya untuk" kemampuan presisi."

Para pejabat mengatakan pesawat tidak berawak itu akan sangat berguna di daerah perkotaan, seperti Misrata, di mana pesawat-pesawat itu bisa terbang rendah dan menyerang sasaran di daerah padat dengan tingkat akurasi yang lebih.