Indonesia kembali menekankan pentingnya upaya mencapai perdamaian di Afghanistan untuk mendorong reformasi, demokratisasi dan pembangunan di negara itu. Hal ini disampaikan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam pertemuan tingkat menteri di Konferensi Jenewa tentang Afghanistan, hari Rabu (28/11).
“Jangan pernah lelah mengupayakan perdamaian, walaupun jalan yang harus dilalui penuh dengan tantangan dan melelahkan,” tegas Retno dalam konferensi dua hari yang dilangsungkan oleh PBB dan pemerintah Afghanistan di Jenewa itu.
Indonesia, yang sudah bekerjasama erat dengan Afghanistan terutama dalam bidang pendidikan dan kesehatan, tahun lalu mulai terlibat lebih intensif dalam proses perdamaian di negara yang dikoyak perang itu. Mei lalu Indonesia bahkan menjadi tuan rumah penyelenggaraan “Trilateral Ulema Conference” yang menghadirkan sejumlah ulama berpengaruh dari Afghanistan, Pakistan dan Indonesia.
Konferensi itu mengirim pesan kuat bahwa kekerasan dan ekstremisme tidak memiliki tempat dalam Islam. “Sebagai negara yang demokratis dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, serta pihak yang netral, Indonesia berpendapat bahwa ulama memegang peran penting dalam menciptakan lingkungan yang baik untuk stabilitas di Afghanistan,” tukas Retno.
Indonesia Siap Fasilitasi Upaya Bangun Saling Percaya
Dalam pertemuan di Jenewa kali ini Indonesia menekankan pentingnya tiga hal yaitu membangun rasa percaya, melanjutkan pembangunan di Afghanistan, dan memberdayakan generasi muda.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Natsir kepada VOA mengatakan “Menlu Retno menegaskan kesiapan Indonesia memfasilitasi upaya membangun saling percaya di Afghanistan.”
Sementara dalam upaya melanjutkan pembangunan, Indonesia secara khusus menyinggung pentingnya memberdayakan kaum perempuan. Retno juga menyatakan kesiapan menerima seribu anak muda Afghanistan untuk belajar di Indonesia.
Konferensi Jenewa tentang Afghanistan yang berlangsung pada 27-28 November itu merupakan wahana bagi pemerintah Afghanistan yang dipimpin Ashraf Ghani untuk menyampaikan perkembangan proses perdamaian dan pembangunan di negaranya, serta sekaligus memberi kesempatan kepada mitra-mitra internasional untuk mengkaji efektifitas, efesiensi dan akuntabilitas kontribusi yang telah diberikan untuk pembangunan di Afghanistan.
Sekjen PBB Puji Kemajuan, Tetapi Prihatin Terus Jatuhnya Korban Jiwa
Sekjen PBB Antonio Guterres dalam pidato yang dibacakan oleh Wakil Sekjen PBB Rosemary A. DiCarlo memaparkan kembali agenda ambisius pemerintah Afghanistan pada tahun 2014 dalam forum serupa yaitu memberantas korupsi, mendorong reformasi dan menyudahi praktik ekonomi yang tidak sah.
“Pemerintah ini telah membuat kemajuan berarti sejak tahun 2014 dalam memperkuat pemerintahan, manajemen keuangan dan anggaran. Termasuk memperkenalkan kerangka hukum yang baru dan meningkatkan agenda pembangunan,” ujar DiCarlo.
DiCarlo juga menyebut kemajuan status perempuan, termasuk peningkatan perlindungan hukum dan partisipasi dalam proses politik dan ekonomi. “Saya gembira melihat keikutsertaan perempuan dan anak muda dalam program-program nasional. Partisipasi mereka sangat penting untuk membantu Afghanistan mencapai kemandirian,” tegasnya.
Ia juga memuji keberanian dan tekad kuat jutaan warga Afghanistan untuk memberikan suara dalam pemilu parlemen Oktober lalu, meskipun menghadapi ancaman keamanan serius.
Namun DiCarlo mengingatkan terus jatuhnya korban tewas di Afghanistan dan betapa “menemukan solusi politik kini jauh lebih penting dari sebelumnya.” Associated Press mengutip pakar hubungan internasional di Universitas Columbia, Stephen Biddle, mengatakan bahwa korban tewas sejak invasi Amerika tahun 2001 sudah mencapai 2.400 orang.
“Ketika kita bertemu, kita mungkin memiliki kesempatan yang langka untuk mendorong perundingan damai antara pemerintah Afghanistan dan Taliban. Kita tidak boleh melewatkan hal ini,” tegas DiCarlo.
PBB berharap Afghanistan dan mitra-mitra internasionalnya akan mengadopsi “Kerangka Kerja Akuntabilitas Bersama Jenewa” yang menjabarkan prioritas reformasi yang telah disepakati bersama untuk dua tahun ke depan; yang sejalan dengan “Kerang Kerja Perdamaian dan Pembangunan Nasional Afghanistan” yang telah ditetapkan sebelumnya. (em)