Jepang menjamin dunia bahwa produk pangannya yang diekspor tidak mengandung tingkat bahan radioaktif yang berbahaya. Selagi jumlah negara yang memberlakukan larangan sebagian terhadap impor pangan dari Jepang bertambah, Jepang mendesak negara-negara agar bertindak semestinya dan tidak khawatir.
Setelah gempa hebat dan tsunami merusak reaktor-reaktor nuklir di Jepang timur laut, Jepang telah berminggu-minggu berupaya keras untuk mencegah keluarnya bahan-bahan radiokatif dari PLTN-nya di prefektur Fukushima. Sebagian pangan yang dihasilkan di wilayah itu ternyata tercemar setelah PLTN itu mulai mengeluarkan bahan-bahan radioaktif.
Berbicara di Jakarta hari Sabtu, Menteri Luar Negeri Jepang Takeaki Matsumoto mengatakan kepada para menteri ASEAN bahwa Jepang telah berupaya keras untuk mengatasi masalah pencemaran nuklir.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Jepang, Satoru Atoh, mengatakan tingkat radioaktif dalam produk pangan Jepang jauh berkurang dalam beberapa minggu terakhir dan ekspor pangan Jepang aman untuk dimakan. “Nyatanya, tingkat radioaktif banyak berkurang. Seminggu setelah gempa, tingkat radioaktif sangat tinggi, tetapi sejak itu bahan-bahan radioaktif dalam tanah, air, dan udara telah berkurang,” ujarnya.
Amerika melarang semua produk susu, buah, dan sayuran dari empat prefektur Jepang pada akhir Maret. Tiongkok melarang semua impor pangan dari lima prefektur, dan pada hari Jumat menambah lagi larangan impor dari tujuh prefektur. Kanada, Rusia, Australia, Singapura, dan lainnya juga melakukan hal serupa.
Amerika dan sejumlah negara lain, seperti India dan Indonesia, meminta agar Jepang mensertifikasi ekspor pangannya tidak mengandung radioaktif, tetapi Jepang mengatakan hal itu tidak mungkin dilakukan.
Atoh mengatakan Jepang akan melakukan sertifikasi tempat asal produk ekspor untuk menunjukkan di mana makanan itu diproduksi, dan berbagi informasi mengenai tingkat radioaktif dalam udara, air, dan tanah. “Hal yang penting adalah pemerintah Jepang dan pemerintahan-pemerintahan setempat setiap hari mengumumkan jumlah bahan radioaktif yang terdeteksi dalam udara, pangan, dan air. Dalam hal ini transparansi dijamin di Jepang,” ujarnya.
Menurunnya ekspor pangan hanyalah salah satu dari banyak masalah yang dihadapi jepang sejak terjadinya gempa dan tsunami. Hampir 28.000 orang dilaporkan tewas atau hilang akibat bencana itu menurut Badan Kepolisian Nasional Jepang yang juga mengatakan lebih dari 150.000 orang sekarang tinggal di tempat-tempat penampungan sementara.