Pemilu nasional Nigeria akan memasuki hari kedua, setelah para pejabat menunda proses pemungutan suara di beberapa wilayah karena kendala teknis dan keterlambatan.
Pemilu berlangsung lancar di banyak bagian negara itu Sabtu (28/3), dan penghitungan sedang berlangsung. Tetapi Komisi Pemilu Nasional Independen mengatakan TPS-TPS akan dibuka Minggu di wilayah-wilayah tempat proses akreditasi pemilihnya tertunda.
Pemilu itu juga diwarnai serangan oleh pemberontak yang diduga anggota Boko Haram di negara bagian Gombe di sebelah timur laut. Saksi mata memberitahu VOA bahwa beberapa laki-laki bersenjata menyerang tiga desa di negara bagian itu, menewaskan sedikitnya 24 orang.
Gubernur negara bagian Borno yang berdekatan, Kashim Settima, mengatakan pemberontak menewaskan 25 orang di desa Buratai pada malam pemilu Jumat.
Di kota Ogui di sebelah selatan, polisi mengatakan bom mobil meledak di belakang sebuah TPS, tapi tidak ada laporan cedera.
Pemilu presiden dan parlemen diselenggarakan setelah tertunda enam minggu karena pemberontakan Boko Haram di sebelah timur laut. Berbagai jajak pendapat sebelum pemilu menunjukkan Presiden Goodluck Jonathan bersaing ketat dengan bekas pemimpin militer Nigeria, Jenderal Muhammadu Buhari. Keduanya telah berjanji akan menerima hasil pemilu, selama pemilu berlangsung “bebas, adil dan kredibel.”
Berbagai jajak pendapat dan survei yang dilakukan sebelum pemilu menunjukkan Presiden Goodluck Jonathan bersaing ketat dengan bekas pemimpin militer Nigeria Jenderal Muhammadu Buhari. Keduanya telah berjanji akan menerima hasil pemilu, selama pemilu berlangsung “bebas, adil dan kredibel.”
Banyak tempat pemungutan suara baru dibuka Sabtu sore karena materi pemungutan suara datang terlambat, dan masalah dengan proses verifikasi pemilih dengan sistem biometrik baru.
Penundaan itu berdampak pada banyak pemilih – termasuk Presiden Jonathan – yang harus diakreditasi secara formal dan dicek identitasnya pada pagi hari sebelum TPS dibuka. Prosesnya lambat di sebagian wilayah karena perlengkapan baru untuk verifikasi biometrik sempat kesulitan membaca sidik jari para pemilih.