Pemimpin oposisi Myanmar Aung San Suu Kyi hari Kamis (9/3) mengeluarkan pernyataan permintaan maaf kepada para pendukungnya karena tidak menjadi presiden negara itu berikutnya.
Pernyataan itu disebarkan lewat media sesaat sebelum Parlemen memulai proses memilih presiden baru. Suu Kyi meminta maaf karena ‘tidak dapat memenuhi sepenuhnya keinginan rakyat’. Namun, akan berusaha keras sambil meminta dukungan seterusnya dari rakyat "untuk mencapai tujuan tersebut secara damai."
Partainya, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), meraih jumlah besar kursi Parlemen dalam pemilihan bulan November. Tetapi satu pasal dalam Konstitusi yang disusun pihak militer mencegahnya dipilih menjadi presiden karena putranya warga negara asing.
Parlemen di Naypyidaw akan mulai proses memilih presiden dengan mula-mula memilih tiga wakil presiden, masing-masing dari Majelis Rendah, Majelis Tinggi dan militer. Setelah digodok, kedua Majelis akan memilih seorang dari yang tiga itu untuk menjadi presiden berikutnya.
Setelah pemilihan tahun lalu Suu Kyi mengatakan ia akan memimpin pemerintahan dan berada ‘di atas presiden’. Pembicaraan di belakang pintu tertutup antara dia dan militer beberapa pekan terakhir menimbulkan spekulasi kedua pihak mungkin sepakat untuk membekukan pasal Konstitusi yang mencegahnya menjadi presiden. Ternyata tidak demikian halnya. Pemerintah baru akan mulai bertugas tanggal 1 April. [al]