Sudan Ingin Belajar Soal Tangani Rekonsiliasi dari Indonesia

  • Wella Sherlita

Menteri Luar Negeri Sudan, Ali Ahmed Karti (kiri) dan Menlu Marty Natalegawa mengadakan jumpa pers bersama usai pertemuan di Jakarta, Jumat siang (24/2).

Pasca pemisahan Sudan dan Sudan Selatan, Menteri Luar Negeri Republik Sudan, Ali Ahmed Karti, mengatakan pemerintah Sudan ingin belajar lebih banyak dari Indonesia; berdasarkan pengalaman menangani rekonsiliasi Aceh dan Timor Leste.

Situasi politik dan keamanan pasca pemisahan Sudan dengan Sudan Selatan dapat dikendalikan, namun dukungan dari negara-negara sahabat masih diperlukan. Konflik diharapkan dapat selesai lewat dialog dan perjanjian damai – sebagaimana Indonesia dengan Timor Leste dan Aceh. Demikian yang disampaikan Menteri Luar Negeri Sudan, Ali Ahmed Karti, kepada pers usai pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri, Marty Natalegawa, di Jakarta, Jumat siang (24/2).

“Keluar dari konflik politik ini akan membuka pintu bagi masa depan yang lebih baik untuk Sudan dan Sudan Selatan. Apa yang kami dengar dari Presiden Yudhoyono dan Menteri Marty Natalegawa, mengenai cara Indonesia menyelesaikan masalah di Timor Leste dan Aceh juga menjadi pelajaran penting yang masih harus banyak kami pelajari,” kata Ali Ahmed Karti.

Ia menambahkan, Sudan dan Sudan Selatan kini sedang mengatur pembagian batas wilayah serta menangani isu-isu keamanan. Kedua negara telah sepakat menerapkan perjanjian damai yang mengatur masalah-masalah tersebut.

Pada kesempatan yang sama, Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa menyatakan pertemuan itu juga membahas kemungkinan kerjasama Indonesia dan Sudan di bidang perdagangan dan investasi.

“Mengenai masalah bilateral kami sepakat bahwa antara Sudan dan Indonesia sangat dekat dan bersahabat, bahkan mendahului kemerdekaan Sudan sendiri, karena Sudan sebagai delegasi ikut dalam Konferensi Asia Afrika (di Bandung) tahun 1955 sebelum memperoleh kemerdekaan secara resmi. Jadi tantangan kita bagaimana membuat hubungan yang lebih erat dalam ekonomi dan investasi secara keseluruhan, bagaimana pengusaha kedua negara bisa meningkatkan investasi,” ujar Marty Natalegawa.

Kedua menteri juga mendiskusikan situasi di Suriah. Dalam hal ini, Marty Natalegawa telah menghimbau Organisasi Kerjasama Islam (dahulu Organisasi Konferensi Islam), untuk menggelar pertemuan khusus.

Menlu Marty mengatakan, “Dengan kata lain, ini saatnya untuk mencoba membuka jalan melalui forum diplomatik ketika menghadapi tantangan di Suriah.“

Sedangkan Ali Ahmed Karti berharap persoalan di Suriah dapat diselesaikan melalui dialog, tanpa keterlibatan pihak-pihak ketiga yang memperkeruh suasana.

“Kami berharap pemerintah Suriah bersedia untuk membuka dialog dengan kelompok oposisi, dan kami juga sangat mengharapkan pihak-pihak ketiga akan membantu secara positif, tidak mendukung satu kegiatan yang hanya menumpahkan lebih banyak darah rakyat di negara yang penting itu, “ demikian Ali Ahmed Karti.